LATAR BELAKANG LAHIRNYA ORDE BARU


Orde baru merupakan bagian dari sejarah bangsa Indonesia, yang muncul sebagai akibat dari beberapa peristiwa yang terjadi sebelumnya. Orde baru lahir setelah kekisruhan dan kekacauan yang terjadi selama masa kepemimpinan presiden soekarno. Orde Baru menggantikan Orde Lama yang merujuk kepada era pemerintahan Soekarno.

Lahirnya Orde Baru dilatarbelakangi oleh pergolakan politik di Indonesia yang terjadi pada pertengahan 1960-an. Bahkan pasa masa itu disebut sebagai salah satu periode paling penuh gejolak dalam sejarah modern Indonesia. Penyerahan mandat kekuasaan lewat Supersemar dilatarbelakangi dengan guncangan pasca-G30S pada 1 Oktober 1965. Demokrasi terpimpin Soekarno pun melemah akibat tudingan tentara bahwa Partai Komunis Indonesia (PKI) merupakan dalang di balik peristiwa pembunuhan tujuh jenderal tersebut. Tuduhan tersebut tentu memicu amarah dari para pemuda antikomunis. Akhir Oktober 1965, para mahasiswa membentuk Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia atau KAMI, dengan dilindungi oleh para tentara. Kelompok ini dibuat untuk memprotes Soekarno yang enggan bertindak apa-apa terkait peristiwa G30S.

Lahirnya Orde baru dilatar belakangi oleh terjadinya peristiwa G.30 S / PKI yang menurunkan kepercayaan rakyat Indonesia terhadap pemerintahan Soekarno. Rakyat bersama mahasiswa bergerak mendesak agar Soekarno memgambil tindakan cepat terhadap kelompok G 30 S /PKI. Peristiwa G-30S PKI menjadi salah satu penyebab melemahnya kredibilitas presiden Soekarno. Soekarno kemudian mengeluarkan Surat perintah kepada Letjen Soeharto yang dikenal dengan Surat Perintah Sebelas Maret. Melalui surat perintah 11 Maret 1966 (Supersemar), Soeharto mendapat wewenang untuk mengambil segala tindakan untuk menjamin keamanan, ketenangan dan stabilitas politik. Surat Perintah 11 Maret 1966 merupakan titik awal muncul dan berkembangnya kekuasaan Orde Baru.

Kelahiran Supersemar terjadi dalam serangkaian peristiwa pada tanggal 11 Maret 1966. Saat itu, sidang kabinet Dwikora yang disempurnakan yang dipimpin oleh Presiden Soekarno sedang berlangsung. Di tengah-tengah acara, ajudan presiden melaporkan bahwa di sekitar istana terdapat pasukan yang tidak dikenal. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, Presiden Soekarno menyerahkan pimpinan sidang kepada Wakil Perdana Menteri (Waperdam) II Dr. Johanes Leimena  dan berangkat menuju istana Bogor, didampingi oleh Waperdam I Subandrio, dan Waperdam III Chaerul Sale. Leimena sendiri menyusul presiden segera setelah sidang berakhir.

Di tempat lain, tiga orang perwira tinggi, yaitu Mayor Jendral  Basuki Rachmat, Brigadir jendral M. Yusuf dan Brigadir Jendral Amir Mahmud bertemu dengan Letnan Jendral Soeharto selaku Menteri Panglima Angkatan Darat Indonesia dan Panglima Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban untuk meminta izin menghadap presiden. Segera setelah mendapat izin, pada hari yang sama tiga perwira tinggi ini datang ke Istana Bogor dengan tujuan melaporkan kondisi di ibu kota Jakarta meyakinkan Presiden Soekarno bahwa Angkatan Bersenta Republik Indonesia dalam kondisi siap siaga. Namun, mereka juga memohon agar Presiden Soekarno mengambil tindakan untuk mengatasi keadaan ini.

Menanggapi permohonan ini, Presiden Soekarno mengeluarkan surat perintah yang ditujukan kepada Letnan Jenderal Soeharto selaku Menteri Panglima Angkatan Darat untuk mengambil tindakan dalam rangka menjamin keamanan, ketenangan, dan stabilitas pemerintahan demi keutuhan bangsa dan negara Republik Indonesia. Perumusan surat perintah ini sendiri dibantu oleh tiga perwira tinggi ABRI, yaitu , Mayor Jendral  Basuki Rachmat, Brigadir jendral M. Yusuf, Brigadir Jendral Amir Mahmud dan Brigadir Jendral Sabur. Komandan Pasukan Pengawal Presiden Tjakrabirawa. Surat perintah inilah yang kemudian dikenal sebagai Surat Perintah 11 Maret 1966 atau Supersemar.

Melihat kondisi yang semakin genting, Letjen Soeharto meminta agar Soekarno memberikan surat perintah untuk mengatasi konflik tersebut jika ia diberi kepercayaan. Permintaan ini segera ditanggapi dan pada 11 Maret 1966 di Istana Bogor, Presiden Soekarno menandatangani surat perintah untuk mengatasi keadaan. Surat itu disebut Surat Perintah Sebelas 11 Maret atau Supersemar, yang berisi instruksi agar Soeharto sebagai Menteri Panglima Angkatan Darat untuk mengambil tindakan dalam rangka menjamin keamanan, ketenangan, dan stabilitas pemerintahan demi keutuhan bangsa dan negara. Supersemar secara praktis memperlemah posisi Presiden Soekarno karena pemerintahan dijalankan oleh Soeharto. Selanjutnya, lewat sidang MPRS, Soeharto resmi menjabat sebagai presiden RI kedua pada 27 Maret 1968.

 

Era pemerintahan pada masa Soeharto dikenal sebagai Orde Baru dengan konsep Demokrasi Pancasila berlangsung dari tahun 1966 hingga 1998. Visi utama pemerintahan Orde Baru ini adalah untuk melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen dalam setiap aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Dengan visi tersebut, Orde Baru memberikan harapan bagi rakyat Indonesia. Terutama yang berkaitan dengan perubahan-perubahan politik dan ekonomi. Dalam jangka waktu tersebut, ekonomi Indonesia berkembang pesat meskipun hal ini terjadi bersamaan dengan praktik korupsi yang merajalela. peran negara dalam Orde Baru melalui kebijakan kebijakannya politik dan ekonomi semakin menguat. Namun pada pada tahun 1997 terjadi krisis moneter yang kemudian berkembang menjadi krisis multidensi yang membuat pemerintah kehilangan kepercayaan yang menyebabkan Soeharto sebagai presiden mengundurkan diri pada tanggal 21 Mei 1998 yang mengakhiri kekuasaan Orde Baru. Penasaran seperti apa kehidupan politik dan ekonomi bangsa Indonesia pada masa ini, Untuk lebih jelasnya pelajari terus modul ini dengan cermat dan penuh semangat.

Orde Baru adalah istilah umum untuk sistem politik yang berlaku setelah berkuasanya Soeharto tahun 1966 hingga kejatuhannya pada Mei 1998. Orde baru juga didefinisikan sebagai tatanan kehidupan negara dan bangsa yang diletakkan kembali pada pelaksanaan kemurnian Pancasila dan UUD 1945. Orde Baru merupakan koreksi total atas segala penyimpangan dan penyelewengan kehidupan bangsa dan negara dari jalur Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Lahirnya Orde Baru ditandai oleh munculnya TRITURA (Tri Tuntutan Rakyat) sebagai ide perjuangan yang dirumuskan oleh Angkatan “66/KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia)”. TRITURA berisikan 3 tuntutan yang meliputi pembubaran PKI, perombakan Kabinet Dwikora, dan penurunan harga. TRITURA semakin hari semakin radikal disebabkan sikap Presiden Soekarno yang bertolak belakang dengan aksi-aksi TRITURA, terutama mengenai pembubaran PKI. Akibatnya situasi keamanan dan ketertiban terutama di Jakarta hampir tidak terkendali. Dalam keadaan yang demikian, Presiden Soekarno mengeluarkan Surat Perintah 11 Maret kepada Jenderal Soeharto selaku Panglima Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban. Melalui surat perintah 11 Maret 1966 (Supersemar), Soeharto mendapat wewenang untuk mengambil segala tindakan untuk menjamin keamanan, ketenangan dan stabilitas politik. Surat Perintah 11 Maret 1966 merupakan titik awal muncul dan berkembangnya kekuasaan Orde Baru. Orde Baru bertujuan meletakkan kembali tatanan seluruh kehidupan rakyat, bangsa, dan negara pada kemurnian pelaksanaan Pancasila dan UndangUndang Dasar 1945. Dalam perjalanan politik pemerintahan Orde Baru, kekuasaan Presiden merupakan pusat dari seluruh proses politik di Indonesia. Lembaga kepresidenan adalah pengontrol utama lembaga negara lain yang bersifat suprastruktur (DPR, MPR, DPA, BPK, dan MA) maupun infrastruktur (LSM, Partai Politik dan sebagainya). Presiden Soeharto mempunyai sejumlah legalitas yang tidak dimiliki oleh siapa pun seperti Pengemban Supersemar, Mandataris MPR, Bapak Pembangunan dan Panglima Tertinggi ABRI. Bagaimana kebijakan politik pada masa pemerintahan Orde Baru akan kalian bahas secara khusus pada kegiatan pembelajaran ini.

 

Pembentukan Kabinet Ampera

Dalam rangka memenuhi tuntutan ketiga Tritura, Letnan Soeharto dengan dukungan Ketetapan MPRS No. XIII/MPRS/1966 membentuk kabinet baru yang diberi nama Kabinet Ampera. Tugas utama Kabinet Ampera adalah menciptakan stabilitas ekonomi dan stabilitas politik, atau dikenal dengan nama Dwidarma Kabinet Ampera. Program kerja yang dicanangkan Kabinet Ampera disebut Caturkarya Kabinet Ampera, yaitu: memperbaiki perikehidupan rakyat terutama di bidang sandang dan pangan;

1.   Melaksanakan pemilihan umum dalam batas waktu seperti tercantum dalam Ketetapan MPRS No. XI/MPRS/1966 (5 Juli 1968);

2.   Melaksanakan politik luar negeri yang bebas dan aktif untuk kepentingan nasional sesuai dengan Ketetapan MPRS No. XI/MPRS/1966;

3. Melanjutkan perjuangan antiimperialisme dan antikolonialisme dalam segala bentuk dan manifestasinya.

Kabinet Ampera dipimpin oleh Presiden Soekarno, namun pelaksanaannya dilakukan oleh Presidium Kabinet yang dipimpin oleh Jenderal Soeharto. Akibatnya, muncul dualisme kepemimpinan yang menjadi kondisi kurang menguntungkan bagi stabilitas politik saat itu.

Soekarno kala itu masih memiliki pengaruh politik, namun kekuatannya perlahan-lahan dilemahkan. Kalangan militer, khususnya yang mendapatkan pendidikan di negara Barat, keberatan dengan kebijakan pemerintah Soekarno yang dekat dengan Partai Komunis Indonesia. Mengalirnya bantuan dana dari Uni Soviet dan Tiongkok pun semakin menambah kekhawatiran bahwa Indonesia bergerak menjadi negara komunis.

Akhirnya pada 22 Februari 1967, untuk mengatasi situasi konflik yang semakin memuncak kala itu, Presiden Soekarno menyerahkan kekuasaan kepada Jenral Soeharto. Penyerahan ini tertuang dalam Pengumuman Presiden Mandataris MPRS, Panglima Tertinggi ABRI Tanggal 20 Februari 1967. Pengumuman itu didasarkan atas Ketetapan MPRS No. XV/MPRS/1966 yang menyatakan apabila presiden berhalangan, pemegang Surat Perintah 11 Maret 1966 berfungsi sebagai pemegang jabatan presiden. Pada 4 Maret 1967, Jendral Soeharto memberikan keterangan pemerintah di hadapan sidang DPRHR mengenai terjadinya penyerahan kekuasaan. Namun, pemerintah tetap berpendirian bahwa sidang MPRS perlu dilaksanakan agar penyerahan kekuasaan tetap konstitusional. Karena itu, diadakanlah Sidang Istimewa MPRS pada tanggal 7-12 Maret 1967 di Jakarta, yang akhirnya secara resmi mengangkat Soeharto sebagai presiden Republik Indonesia hingga terpilihnya presiden oleh MPR hasil pemilihan umum.


Untuk materi lebih jelasnya silahkan perhatikan video pada link berikut ini !

https://youtu.be/BFg_8jjqGrU?si=jyzYVAU-qDkA_wCk



PERTANYAAN SINGKAT !

1.        Munculnya Orde Baru ditandai dengan ….

a.        Keluarnya Supersemar 1966

b.        Keluarnya Tritura

c.         Dibubarkannya PKI

d.        Menjalankan UUD 1945 dan pancasila secara murni dan konsekuen

e.        Terbentuknya kabinet baru 

2.     Perhatikan nama – nama perwira tinggi TNI-AD berikut ini !

1)        Mayor Jendral Sabur

2)        Mayor Jendral Basuki Rakhmat

3)        Mayor Jendral Prawoto

4)        Brigadir jendral M. Jusuf

5)        Mayor Jendral Amir Machmud

Tokoh – tokoh yang terkait dengan pembicaraan mengenai Supersemar adalah ...

a.        1, 3 dan 4

b.        2, 3 dan 5

c.         2, 4 dan 5

d.        1, 3 dan 4

e.        2, 3 dan 4

3.    Berikut ini yang bukan merupakan organisasi – organisasi yang berdemonstrasi menuntut Tritura pada tahun 1966 adalah…

a.        Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia

b.        Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia

c.         Kesatuan Aksi Guru Indonesia

d.        Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia

e.        Kesatuan Aksi Demonstrasi Indonesia.

4.        Perhatikan uraian berikut ini !

1)        Turunkan harga barang

2)        Amandemen UUD 1945

3)        Bubarkan PKI

4)        Bersihkan kabinet dari unsur PKI

5)        Supremasi hukum

Dari pernyataan tersebut, yang termasuk isi Tritura adalah ….

a.        1, 2 dan 3                              d.  1, 3 dan 4

b.        2, 3 dan 4                              e.   3, 4 dan 5

c.         1, 4 dan 5

5.   Tokoh mahasiswa yang menjadi korban penembakan ketika terjadi demonstrasi mahasiswa pada tahun 1966 dikenang sebagai pahlawan Ampera adalah ….

a.        Soe Hok Gie

b.        Elang Mulyana Lesmana

c.         Arief Rahman Hakim

d.        Hendrawan Sie

e.        Heri Hertanto

Comments

Popular posts from this blog

KEDATANGAN BANGSA BARAT KE INDONESIA part 2

KEDATANGAN BANGSA - BANGSA BARAT DI INDONESIA

KOLONIALISME DAN PERLAWANAN BANGSA INDONESIA TERHADAP KEDATANGAN BANGSA BARAT KE INDONESIA